Beberapa hari yang lalu,terdapat headline sebuah harian yang terbit di Semarang:"Minim Pejabat Baca Koran". Ya, hal ini tertulis berdasarkan sebuah pertanyaan yang dilontarkan Wakil Gubernur Jawa tengah Rustriningsih kepada peserta Pembukaan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II Angkatan XV di Badan Diklat Provinsi Jawa Tengah, Srondol, Semarang, Kamis (22/7)."Coba tunjuk jari, siapa di antara Saudara yang setiap hari menyempatkan diri untuk membaca koran?"tanya Wakil Gubernur Jawa Tengah tersebut.
Ternyata, diluar dugaan dari 80 orang pejabat eselon II yang hadir pada waktu itu, hanya sekitar 15 orang yang tunjuk jari. Meskipun fenomena tersebut masih dapat diperdebatkan, namun menurut saya hal ini cukup membuat saya ter heran-heran. Bagaimana tidak, koran merupakan salah satu sumber informasi yang akurat. Banyak peristiwa-peristiwa penting yang terjadi baik di masyarakat Indonesia maupun mancanegara tersaji di koran.
Koran yang sejatinya sebagai media berita seharusnya dapat jadi bahan informasi tertulis yang utama menjadi bahan bacaan, sebab kata salah seorang dosen saya,"koran bukan merupakan bahan bacaan", tetapi saya berpendapat lain.
Minat Baca Rendah
Terlepas dari itu semua,jika kita melihat dari budaya membaca, masyarakat Indonesia pada umumnya memiliki minat baca yang rendah (ya,,,gak smua juga sihq,,). Kondisi ini cukup memprihatinkan mengingat cita-cita bangsa kita yang akan terus berkembang dan bersaing dengan bangsa lain, sebab ada yang mengatakan "Buku Adalah Jendela Dunia",terus,,Gimana mau melihat "Dunia" kalau melihat Buku aja "Jarang dan hampir Gak Pernah". Berdasarkan data yang dilansir Organisasi Pengembangan Kerjasama Ekonomi, budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur, bahkan yang lebih ironis lagi, Indonesia berada di bawah peringkat Malaysia dan Singapura.
Masyarakat kita cenderung lebih memilih menonton TV (85,9%) data tersebut diperoleh dari BPS yang diperoleh tahun 2006. Saya jadi teringat pada masa sekolah SD dulu. Guru saya pernah mengatakan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang besar, dengan beberapa julukan "MACAN ASIA","JAMRUD KATULISTIWA","TANAH SURGA". Dahulu kala, untuk mendapatkan tenega pendidik, Malaysia banyak mengirimkan pelajarnya untuk belajar di Indonesia, Namun apa yang terjadi sekarang seharusnya dapat membuat kita malu.
Mungkin dengan banyak nya julukan dan sanjungan, kita jadi terlena dan lalai untuk melihat situasi yang mungkin dapat terjadi se waktu-waktu.
Mari, kita bangunkan kembali "MACAN ASIA", tidak usah saling menyalahkan,,mulailah dari diri kita sendiri. Giatkan membaca, sebab membaca merupakan salah satu upaya kita untuk membuka jendela dunia.
Jayalah Indonesia, Maju terus Bangsaku!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar